Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

GEREJA "KERAJAAN KELUARGA" -> GEREJA "KERJAAN KELUARGA"





GEREJA "KERAJAAN KELUARGA" -> GEREJA "KERJAAN KELUARGA"

Judul tulisan ini bukan nama denominasi. Maka dari pada itu cermati isinya tanpa melihat denominasi gereja tertentu.

Sering pendeta, jemaat atau teman atau orang2 hebat di luar sana akan berpikir serta berpendapat bahwa anak gembala sidang (pendeta), sebaiknya meneruskan pelayanan orangtuanya sebagai gembala sidang juga. Banyak alasan2 yang beredar.
1. Karena anak pendeta dianggap sudah mengerti kehidupan dalam penggembalaan.
2. Karena anak pendeta sudah mengenal dan dikenal oleh jemaat.
3. Karena anak pendeta memiliki kompetensi dalam penggembalaan. Kompetensi itu bisa skill bermain alat musik, mengajar serta berkhotbah.

Namun ada satu alasan yang mengaburkan ketiga alasan di atas yaitu "Eman-eman pelayanan yang sudah dirintis orangtuamu sejak dulu. Kalau dilepas ke orang lain, sayang!"

Pertama, alasan keempat itu juga ternyata didasari oleh data Alkitab. Mereka mengambil dalil dari kitab Perjanjian Lama, bahwa posisi imam dari "Keturunan Lewi". Jadi posisi gembala sidang pun perlu diteruskan oleh keturunannya karena pemahaman itu. Nah dari alasan inilah muncullah istilah "Gereja Kerajaan Keluarga".
Tapi mari cek dulu riwayat hidup dari junjungan kita, Yesus Kristus.
Yesus Kristus disebut sebagai imam besar.
Yesus adalah keturuan Yehuda bukan Lewi. (Luk. 3:30 anak Simeon, anak Yehuda, anak Yusuf, anak Yonam, anak Elyakim). Tapi yang lebih penting lagi adalah Yesus menjadi imam besar menurut peraturan Melkisedek. Melkisedek adalah "Imam yang tidak didasarkan pada keturunan ("Ia tidak berbapa, tidak beribu, tidak bersilsilah") (sumber https://id.m.wikipedia.org/wiki/Melkisedek). Oleh karena itu berdasarkan rujukan ini, jika ada orang mengatakan bahwa anak pendeta sekiranya menjadi gembala yang meneruskan penggembalaan dengan dasar mengikuti prinsip keimaman menurut "Peraturan Keturunan Lewi" saya berpendapat itu salah! Contoh: yang saya tahu, Natan adalah keturunan Tarigan. Kalau pun menyerempet sedikit "ada hubungan" dengan keturunan Lewi, itu pun perlu dibuktikan keotentikannya.

Kedua, judul di atas adalah "Gereja Kerjaan Keluarga". Judul di atas merupakan istilah yang penulis buat dan muncul dari penjelasan berikutnya terhadap alasan keempat "Eman-eman pelayanan yang sudah dirintis orangtuamu sejak dulu. Kalau dilepas ke orang lain, sayang!"
Ada beberapa tendensi:
1.Eman-eman karena dari situlah pemasukan finansial keluarga. Jemaat memberikan ... (isi sendiri) yang banyak, seketika itu juga gemuklah ... (isi sendiri) pendetanya (urusan gemuk masih relative, tergantung tempatnya hehe). 2.Eman-eman karena status sosial yang selama ini dibangun akan runtuh.
Jadi , gereja itu ibarat menjadi lahan bisnis bagi keluarga! Ingat ada kata ibarat. Itu berarti pengandaian saja. Realitanya bisa iya, bisa tidak.
Seperti yang dikatakan oleh Thomas H.Groome "Praktisi Pendidikan Agama Kristiani bukanlah pemilik perusahaan..." (baca Thomas H.Groome, Christian Religious Education, San Fransisco: Harper, 1980).

Jadi, mengenai anak pendeta mau jadi penerus atau tidak, kembali lagi ke "PANGGILAN" masing2x anak. Tuhanlah yang akan menyatakan itu kepada anak2x pendeta tersebut. Saya teringat dengan apa kata dosen dan sekaligus guru di mana saya menimba ilmu mengajar. Beliau mengatakan "Dengarkan suara Tuhan untuk mengetahui panggilanmu." Artinya apa, saya dinasehati untuk bisa peka dengan apa yang Tuhan mau, bukan apa yang saya mau dan orang tua mau.

Puji Tuhan, gembala sidang di gereja di mana saya beranggotakan sebagai warga gereja, sudah legowo dengan jalan ninja, eh jalan hidup anaknya. Beliau lebih menekankan akan kehendak Tuhan dari pada memaksakan keinginan hatinya. Beliau berpesan "Kalau pun kau ga jadi gembala di sini, tetaplah layani jemaat di sini dengan apa yang telah Tuhan berikan sama kau" NB: kata "kau" itu tidak kasar. Karena memang beliau orang batak, saya juga keturunan batak, bukan lewi. Jadi sudah biasa kalau dipanggil "kau"
Nah nasehat dari ibu gembala pun begini "Kalau kau gag mampu jadi gembala, lebih baik serahkan saja kepada. . . (isi sendiri)"

Seketika itu muncullah kata2 yang biasa saya gunakan di saat down bersama teman (sebut saja @enigma): haaah apalah aku ini. Peeeeess yoooh!

#nat
#belajar
#menulis

Posting Komentar untuk "GEREJA "KERAJAAN KELUARGA" -> GEREJA "KERJAAN KELUARGA""