PASKAH
PASKAH
Rumusan Masalah
Bagaimana hubungan
Paskah dalam Perjanjian Lama dengan Paskah dalam Perjanjian Baru?
PEMBAHASAN
Bagi umat Israel tidak ada masa raya yang lebih
dimulaikan dan lebih dicintai dari pada hari Paskah(Ibr. Pesakh), hari
memperingati peristiwa Keluaran itu. Itulah hari puncak dimana umat Israel
merasakan suatu pembebasan yang memerdekakan umat itu.
Allah Membawa Umat-Nya “Keluar” dari Tanah Mesir
Kita meninjau terlebih dahulu segala
kata kerja “keluar” yang digunakan dalam hubungan ini. Dalam bahasa Ibrani
sebenarnya mempunyai dua kata kerja di dalam hal ini. Satu “yasa” yang berarti
“berjalan keluar dengan tidak memberi ketentuan selanjutnya – keluar entah ke
mana, asal keluar! Dua “ala” yang berarti “berjalan naik”, jadi keluar ke suatu
tempat yang lebih tinggi. Kitab-kitab Perjanjian Lama menggunakan kedua kata
kerja tersebut, sedangkan dalam terjemahan-terjemahan tidaklah selalu kelihatan
perbedaannya. Kedua kata kerja itu berbicara tentang peristiwa yang sama,
kadang-kadang dengan tidak ada perbedaan arti yang dalam, walaupun di dalam
nats-nats tertentu dengan sengaja dipilih sebutan yang pertama atau kedua,
menurut perhatian pengarang yang lebih diarahkan ke Mesir atau ke Kanaan
(bdn.Kej.15:14 dengan 1 Sam.15:2,6)
Keluar dari Israel tidak selalu
berarti “meninggalkan tanah Mesir”, lalu pindah ke lain negeri. Penamaan Mesir
sebagai “rumah perbudakan” sudah menjadi petunjuk ke arah yang kita maksudkan:
“pindah negeri”tadi barulah mendapat artinya sebagai “pindah suasana” dan “pindah
keadaan”. Allah tidak hanya memindahkan umat-Nya dari negeri yang satu ke
negeri yang lain, tetapi sambil memindahkan mereka dari keadaan perbudakan ke
keadaan kemerdekaan. Sejumlah kata kerja yang lainnya menyatakan segi
perbuatan-Nya ini dengan jelas yaitu; “mengeluarkan dan mengangkat” adalah sama
artinya dengan “meluputkan,menyelamatkan,melepaskan,membebaskan bahkan menebus
dari tanah Mesir, yakni dari negeri yang disamakan dengan suatu “rumah” dimana
umat Israel menderita segala rupa penindasan dan perbudakan.
Umat Israel zaman dahulu mengenal
“tebusan” berupa korban yang dapat dipersembahkan kepada Tuhan sebagai tebusan
untuk sesuatu yang sewajarnya menjadi persembahan bagi Tuhan, bnd.Kel.13:11-13.
Jelaslah kiranya dengan perbuatan Allah di Mesir itu, Allah
membebaskan,memerdekakan umat-Nya. Seandainya umat Israel “ditebus”, menurut
makna yang sebenarnya, maka tentulah Allah membayar “harga tebusan” untuk
budak-budak yang hendak dibebaskan-Nya itu. Allah menebus dengan sah menurut
hukum, sekalipun menurut hukum-Nya sendiri. Allah sendiri yang melakukannya,
itu berarti bahwa Dia lah yang menjamin. Jadi Paskah dalam Perjanjian Lama
merupakan suatu peristiwa dimana Allah membebaskan dan menebus umat-Nya dari
perbudakan Mesir.
Hubungan Paskah dalam Perjanjian Lama dengan Paskah
Perjanjian Baru
Telah kita ulas bersama bahwa Paskah
dalam Perjanjian Lama merupakan tindakan Allah untuk menebus umat-Nya dari
perbudakan Mesir. Tapi, apa hubungannya dalam Perjanjian Baru?
Dalam Perjanjian Baru, Paskah
identik dengan peristiwa kematian Yesus di atas kayu salib. Peristiwa ini
merupakan suatu peristiwa dimana Allah Bapa menunjukkan kasih-Nya kepada
manusia dengan mengirimkan Anak-Nya ke dunia untuk menebus manusia dari
perbudakan dosa. Manusia sudah jatuh dalam dosa, dan oleh sebab itu hubungan
antara Allah dengan ciptaan-Nya menjadi terputus. Tetapi Allah melakukan suatu
tindakan aktif untuk mengembalikan hubungan yang semula itu, dengan cara
melakukan suatu penebusan. Dalam penebusan tersebut Yesus menjadi korban penebusan.
Dalam Perjanjian Lama, ketika umat Israel melakukan dosa, maka Imam akan
mengadakan suatu kegiatan korban penebusan dosa dengan mengorbankan binatang.
Jadi bisa disimpulkan bahwa hubungan
antara Paskah dalam Perjanjian Lama dengan Paskah dalam Perjanjian Baru adalah
merupakan tindakan Allah untuk mengeluarkan umat-Nya dari perbudakan, entah
perbudakan manusia bahkan perbudakan dari dosa sekalipun.
Posting Komentar untuk "PASKAH"