menggali Kejadian 15
BAB III
Gali Dan Bahas Bagian-Bagian Yang Penting Beserta
Penjelasannya
Yang
penting dalam Kitab Kejadian 15 adalah pada ayat 1 sampai ayat 6. Dalam keenam
ayat ini dibahas mengenai janji Allah kepada Abraham mengenai seorang ahli
waris dari Abraham.
Setelah
kesulitan-kesulitan Abraham dengan Lot, Tuhan menampakkan diri kepada Abraham
“dalam suatu penglihatan (Ibr: mahazeh)” (15:1). Ini merupakan penyataan Allah
yang kelima kepada bapa leluhur ini. Kata mahazeh muncul hanya di Bilangan
24:4, 16 dan Yehezkiel 13:7, dan kelihatannya selalu mengacu kepada suatu
penglihatan yang diprakarsai oleh Allah. Bagaimanapun juga, sarana ini yang
dipakai Allah untuk berkomunikasi dengan Abraham, serta meyakinkan Abraham
bahwa dalam kesengsaraannya Allah adalah “perisai dan upahmu...sangat besar.”
Ungkapan ini menyatakan bahwa Allah akan melindunginya dan juga akan menggenapi
semua janji perjanjian itu kepadanya. Tanggapan Abraham menunjukkan
keprihatinannya yang mendalam karena ia tidak mempunyai anak dan ahli waris. Abraham
menyapa Allah sebagai “Tuhan Allah (Yahweh)”. Abraham adalah orang pertama yang
menggabungkan adonay dan YHWH, dan ini memberi pengertian kepada manusia
tentang teologi Abraham, Ia memanggil Allah “Tuhan” karena Ia telah memberinya
janji-janji perjanjian. Jelas Abraham tidak meragukan kemahakuasaan Allah. Dan
ketaatan Abraham diperhitungkan oleh Allah sehingga Allah berjanji akan
menjadikan Abraham suatu bangsa yang besar dan memberkati dia dengan melimpah.
Abraham
bertanya kepada Allah apakah”yang akan mewarisi rumahku ialah Eliezer, orang
damsyik itu?” (ayat 2). Dalam naskah bahasa Ibrani, ini merupakan anak kalimat
yang sulit, meskipun ayat 3 menjelaskannya. Abraham sedang menyarankan bahwa
Eliezer, “orang yang lahir di rumahnya (ben beti) menjadi ahli warisnya. Secara
harfiah ben beti berarti anak dari rumahku. Memang keadaan tidak mempunyai anak
dianggap sebagai tragedi terbesar oleh kaum wanita timur. Tetapi Abraham trauma
risau mengenai seorang ahli waris laki-laki untuk mewarisi harta bendanya yang
sekarang dan lebih penting lagi adalah berkat-berkat di masa depan yang
dijanjikan oleh Allah. Terpengaruh oleh nilai-nilai manusiawi, Abraham
menyimpulkan bahwa ia dan Sara sudah melampaui batas-batas beranak dan
karenanya akan “mengadopsi” seorang anak laki-laki untuk menjadi ahli waris.
Barangkali ada sedikit ketidaksabaran, tetapi pemecahan Abraham untuk
mengadopsi seorang ahli waris merupakan kebiasaan yang sudah terkenal di
Mesopotamia. Sekarang soal mengangkat seorang hamba sebagai pewaris nampak
aneh. Banyak suami-istri kaya yang tidak mempunyai anak mengadopsi salah
seorang budak mereka untuk mewarisi kekayaan mereka dan juga untuk mengurus
mereka di masa tua. Sejumlah lempengan adopsi seperti itu telah ditemukan di
Nuzi yang berasal dari Mesopotamia tengah dan diperkirakan sebagai
lempengan-lempengan tahun 1500 S.M. menunjukkan bahwa praktik tersebut adalah
biasa pada waktu itu. Budaya orang Hur yang menguasai situs itu telah
meninggalkan banyak materi sastra yang tak terhingga nilainya untuk memberi
gambaran yang jelas tentang adat istiadat pada masa bapa leluhur. Ada dua jenis
adopsi di Nuzi Purba. Yang pertama adopsi penjualan atau adopsi khayalan, tidak
lain ialah pertukaran harta milik secara resmi. Yang kedua, adopsi
sesungguhnya, yaitu suami istri yan tidak mempunyai anak yang mengadopsi
seorang hamba, atau pemuda lain untuk hal itu yang akan menerima warisan
mereka. Salah satu lempeng adopsi berbunyi “lempengan adopsi ini kepunyaan
(Zike), anak laki-laki Akkuya, ia memberikan anak laki-lakinya Shennima untuk
diadopsi kepada Shuriha-ilu dan Shuriha-ilu berkenaan dengan Shennima
memberikan kepada Shennima satu (bagian) dari milikknya semua tanah dan setiap
pendapatan. Jika Shuriha-ilu akan mempunyai seorang anak laki-laki sendiri,
sebagai anak laki-laki utama ia akan menerima bagian dua kali lipat, maka
Shinnema akan menjadi orang berikutnya dan menerima bagiannya yang selayaknya.
selama Shurila-ilu hidup, Shinnema akan menghormti dia. Setelah Shurila-ilu
meninggal Shennima akan menjadi ahli waris. Meskipun praktek ini mungkin sudah
umum diterima, Allah tidak mau menggunakan cara ini untuk menggenapi janji-Nya
kepada Abraham, “orang ini tidak akan menjadi ahli warismu" (ayat.4). Yang
akan menjadi ahli waris Abraham adalah anaknya sendiri, bukan seorang hamba
yang diadopsi.
Untuk
menguatkan iman Abraham dan memperluas pengelihatannya, Allah mendorong dia
untuk melihat permukaan langit yang amat luas dan menghitung bintang-bintang,
ini merupakan saran yang baik juga untuk setiap orang percaya yang sedang
mengalami kekecewaan dan kesukaran. Banyak sekali perjalanan ke Palestina telah
menunjukkan nilainya kepada penulis buku ini. Langit Palestina tidak tertutup
oleh bahan-bahan polusi, dan bintang-bintang pada malam hari sangat
mengagumkan. Sementara duduk di tempat terbuka di atas perbukitan Yudea, orang
dapat merasa bahwa ia hampir dapat menyentuh puluhan ribu bintang di
hadapannya. Barangkali pengalaman yang persis seperti itulah yang menyebabkan
Daud menyatakan, “Langit menceritakan kemuliaan Allah” (Mzm.19:1). Allah
menjanjikan Abraham suatu keturunan yang tak terhitung banyaknya seperti
bintang-bintang. Hal ini menolong Abraham memperkokoh imannya kembali. Mungkin
ia masih bertanya bagaimana cara Allah akan memenuh janji-Nya. Tetapi ia
“percaya... kepada Tuhan” (ayat.6). Hal ini mengungkapkan banyak hal tentang
sifat iman yang sejati. Iman itu tidak mengesampingkan proses alami, tetapi
benar-benar mengakui bahwa Allah lebih tinggi dari semua proses alami dan dapat
mengubahnya agar sesuai dengan maksud-maksud-Nya. Abraham percaya dan Allah
membenarkan dia, atau menyatakan dia benar. Mungkin sebaiknya jangan menganggap
kejadian ini sebagai tindakan pertama dari iman yang menyelamatkan, mungkin
saja itu terjadi ketika pertama kalinya Allah memanggil Abraham di Ur.
Kenyataan bahwa Abraham dibenarkan empat belas tahun sebelum disunat adalah
dasar argumen Paulus bahwa sunat merupakan suatu tanda iman, bukan dasar
pembenaran. Oleh karena itu pada ayat 1 sampai ayat 6 merupakan keadaan dimana
Allah benar-benar menunjukkan kuasaNya
dalam memberikan janji-Nya kepada Abraham. Janji itu merupakan
perjanjian anak sulung atau anak waris yang akan diberikan Allah kepada Abraham
untuk mewarisi seluruh kepunyaan Abraham dan berkat-berkatnya.
Makna Teologis
Dalam
Kitab Kejadian 15:1-21 terdapat berbagai makna teologis yang masih bisa
diimplementasikan dengan kehidupan manusia zaman sekarang. Dalam Kitab Kejadian
15:1-21 terdapat suatu makna teologis bahwa manusia tidak boleh takut karena
Allah selalu melindungi umatnya. Dalam hidup ini manusia juga dituntut untuk
memiliki suatu hubungan yang intim dengan Allah. Abraham menunjukkan hal itu
disaat dia peka mendengarkan suara Allah. Allah telah menentukan terlebih dahulu
apa yang akan terjadi dimasa mendatang dalam setiap kehidupan orang yang
percaya kepadaNya. Allah menyertakan beberapa tanda dalam janjiNya kepada
Abraham. Kepercayaan dibutuhkan dalam Allah memberikan kebenaran pada manusia.
Allah menyatakan kebali diriNya dan Tuhan tidak akan pernah melupakan janjiNya.
Keraguan akan menghambat setiap berkat Tuhan yang akan diberikanNya bagi kita. Beberapa
hal yang harus dikorbankan untuk menyatakan diri Allah. Korban itu haruslah
bersih dan tanpa noda. Allah memberikan hukuman bagi umatNya untuk menyatakan
diri Allah bahwa ia berkuasa, tetapi pada waktunya Ia menolong umat itu kembali
dan memberkati umat itu.
Posting Komentar untuk "menggali Kejadian 15"