Makna Ucapan Bahagia (Makarios)
MAKNA UCAPAN BAHAGIA
Kebahagiaan biasanya didentikkan
dengan segala sesuatu yang dapat membuat hati kita senang. Setiap orang pasti
rindu dan ingin mendapatkan kebahagian. Pada umumnya orang memandang
kebahagiaan itu hanya dari sudut materi seperti halnya, harta kekayaan memiliki
kedudukan tinggi dan terhormat. Tetapi dalam Matius 5:1-12, Yesus memiliki cara
pandang yang berbeda dengan kebahagiaan. Pandangan ini jelas sangat jelas
bertolak belakang dengan pandangan dunia yang kebahagiannya bersifat semu(sementara)
saja.
Pada dasarnya pengajaran tersebut
sebenarnya Yesus ingin menyampaikan secara khusus kepada ke dua belas murid-Nya
yang baru saja dipilihnya, namun karena pada waktu itu khotbah mengenai
pelayanan yang Yesus lakukan tersiar sampai ke seluruh daerah, mulai dari
Galilea, Siria, Dekapolis, Yerusalem, Yudea dan seberang Yordan, maka datanglah
banyak orang berbondong-bondong ingin mendengarkan pengajaran yang Yesus
sampaikan. Dengan begitu banyaknya orang hadir untuk mendengar, sehingga Yesus
naik keatas bukit agar khotbahnya dapat didengar oleh semua orang disitu.
Pengajaran Yesus pada khotbah
dibukit tersebut dimulai dengan ucapan “berbahagia” dalam bahasa Yunani
“makarios” yang artinya selain berbahagia juga berarti “diberkati” atau “untung”.
Jika dalam Perjanjian Lama berakhir dengan kutukan (Mal.4:6), maka pada
Perjanjian Baru diawali dengan berkat. Melalui khotbah dibukit Yesus hendak
menjelaskan bahwa mereka yang disebut berbahagia adalah mereka yang akan
diberkati Tuhan serta layak masuk kedalam Kerajaan Sorga. Berikut makna yang
tersirat dari ucapan berbahagia yang Yesus sampaikan khotbahnya di bukit:
1)
Miskin
dihadapan Allah
Di dalam
Perjanjian Lama orang miskin seringkai menjadi gambaran orang yang rendah hati
dan menyangkal diri.
Orang
yang sengsara atau miskin di dalam Perjanjian Lama adalah orang yang sangat
diremehkan oleh orang lain, sehingga tidak mungkin ia bergantung dan berharap
kepada siapapun. Oleh sebab itu, mereka hanya dapat bergantung serta berharap
kepada Tuhan (Maz.34:7).
Kata
“miskin dihadapan Allah” (Mat.5:3), dalam bahasa Yunani “ptochos to
pneumati” yang artinya “miskin didalam
roh”. Kata “miskin” tidak menunjuk kepada miskin secara materi, tetapi secara
rohani. Jadi, miskin dihadapan Allah artinya: menyadari kemiskinan dirinya
didalam hal rohani, bahwa seseorang tidak ada artinya tanpa Tuhan dan betapa ia
sangat membutuhkan Tuhan (Maz.51:13). Jadi, orang seperti itulah yang layak mempunyai
Kerajaan Sorga.
2)
Berduka
Cita
Kata
“dukacita” dalam hal ini tidak menunjuk kepada dukacita yang disebabkan karena
ada orang meninggal. Kata “berdukacita” dalam bahasa Yunani adalah “pentheo”
yang artinya adalah “meratap dan menyesali atas dosa-dosanya atau berkabung
atas dosa-dosanya” (Yeh.9:4). Tetapi berdukacita atau berkabung tidak
dibenarkan berlarut-larut namun harus meminta pengampunan kepada Tuhan atas
dosa-dosanya. Inilah dukacita yang dimaksudkan kehendak Tuhan (2 Kor.7:10).
Mengapa demikian, karena mereka disebut berbahagia, karena mereka akan
dihibur. Kata “dihibur” memiliki arti “akan dibesarkan hatinya” (Luk.18:13).
3)
Lemah
Lembut
Kata
lemah lembut dalam bahasa Yunani “praus” yang artinya “rendah hati”
(Maz.37:11). Rendah hati bisa diartikan juga dengan “tidak punya kekuasaan”.
Kata “praus” juga dapat mengandung arti orang yang tunduk kepada orang yang
punya kuasa. Kata “tunduk” dalam hal ini sepenuhnya tunduk kepada Tuhan membuat
seseorang menjadi lembut. Kata “lemah” disini tidak berarti tidak bisa berbuat
apa-apa atau marah, tetapi lebih kepada kemampuan untuk mengendalikan diri dari
emosinya dengan baik. Contoh Musa (Bil.12:3 dan Kel.32:9). Yesus berjanji bahwa
orang yang lemah lembut akan memiliki bumi yang artinya menerima berkat yang
besar tetapi lebih ditekankan kepada berkat rohani.
4)
Lapar
dan Haus Akan Kebenaran
Biasanya
kalau orang lapar maupun haus pasti akan mencari makanan maupun minuman untuk
mengatasi rasa lapar dan hausnya. Kata “lapar dan haus” disini tidak berbicara
tentang lapar dan haus secara fisik atau jasmani. Ini hanyalah sebuah kiasan yang
dipakai untuk mengungkapkan atau menggambarkan rasa rindu yang besar kepada
Tuhan yang melebihi segalanya. Jadi, dalam konteks ini lebih ditekankan kepada
hal-hal yang bersifat rohani. Kata “kebenaran” disini juga bukan kebenaran
secara hukum seperti dalam Roma 9:31,10:4 tetapi kebenaran secara moral atau
kesucian. Jadi, lapar dan haus akan kebenaran adalah orang yang dipenuhi hati
ingin agar kehendak Tuhan dilakukan. Bagi mereka yang lapar dan haus akan
Tuhan, akan disebut berbahagia karena kerinduan jiwanya akan dipuaskan oleh
kasih dan berkat dari Tuhan.
5)
Murah
Hati
Kata
“murah hati” dalam bahasa Yunani “eleemon” artinya berbelas kasihan. Sedangkan
dalam bahasa Ibrani adalah “khesed” yang artinya kemampuan untuk melihat
penderitaan orang lain (Rm.12:15). Murah hati adalah salah satu sifat yang bisa
mencakup beberapa hal antara lain:
a.
|

b.
Menyayangi
c.
Menolong
d.
Mudah
mengampuni
Dalam
hal ini kita perlu meneladani Tuhan Yesus yang sangat bermurah hati kepada
orang yang memerlukan pertolongan. Dengan bermurah hati kepada orang lain, maka
kita pun akan beroleh kemurahan serta belas kasihan demi Tuhan (Ams.19:17).
6)
Suci
Hati
Dalam
budaya orang Ibrani, hati merupakan pusat kepribadian yang melambangkan
pikiran, perasaan, dan jiwa seseorang. Hati adalah pusat kehidupan orang
percaya, apa yang keluar di kehidupan nyata merupakan ekspresi dari hati.
Contoh:
·
Ketaatan
kepada suatu perintah dimulai dari hati yang bijak (Ams.10:8).
·
Perencanaan
suatu kejahatan dimulai dari hati yang penuh tipu daya (Ams.12:20).
·
Kebodohan
dimulai dari hati yang bebal (Ams.12:23).
·
Tubuh
yang segan dimulai dan hati yang tenang (Ams.14:30).
·
Muka
yang berseri-seri dimulai dari hati yang gembira (Ams.15:13).
·
Kejatuhan
dimulai dari tinggi hati (Ams.16:18).
·
Orang
yang diberkati dimulai dari hati yang baik (Ams.22:9).
·
Pujian
dimulai dari kerendahan hati (Ams.29:23).
Dalam
Ams.4:23, Firman Tuhan mengingatkan kita untuk menjaga hati dengan segala
kewaspadaan, karena dari hati akan terpancar kehidupan. Dalam Mazmur 24:3-4,
disebutkan bahwa orang yang murni hatinya yang dapat masuk ke dalam rumah
Tuhan.
7)
Membawa
Damai
Kata
damai dalam bahasa Yunani “eirene” dan dalam bahasa Ibrani “shalom” yang
artinya tidak bertengkar, tetapi juga harus memiliki hubungan yang baik
diantara sesamanya. Jadi, orang yang membawa damai adalah orang yang
keberadaannya membawa kesenangan, kesukaan dan kenyamanan. Orang yang membawa
damai adalah orang yang cinta damai (Maz.120:7). Jadi, orang yang membawa damai
akan disebut berbahagia karena mereka dapat menikmati kepuasan dengan
memelihara perdamaian diantara sesamanya (Yak.3:18).
8)
Dianiaya
Oleh Sebab Kebenaran
Kata
‘orang yang dianiaya” dalam bahasa Yunani “dediogmenoi” yang berasal dari kata
“dioko” berarti menerima penderitaan dari orang lain. Demikian juga kata
“dicela” dalam bahasa Yunani memiliki arti dihina dengan ucapan-ucapan yang keras
(1 Ptr.4:14). Menurut para nabi Yahudi, menganggap bahwa penghinaan itu sama
jahatnya dengan penyembahan berhala, perzinahan, dan pertumpahan darah.
Dalam
ayat 11 dijelaskan dalam kalimat “mereka dicela dan dianiaya serta difitnahkan
segala yang jahat menjelaskan keadaan orang-orang yang dihina oleh sebab
kebenaran. Pada bagian lain dalam ayat 10 menegaskan adanya satu alasan,
mengapa seseorang dianiaya, dicela dan difitnahkan dari segala yang jahat. Ini
terjadi bukan karena seseorang melakukan dosa tetapi oleh sebab kebenaran.
Kebenaran disini ialah Yesus, dan Yesuslah yang menjadi sumber kebenaran
satu-satunya. Mereka yang menjadikan Yesus sebagai sumber kebenaran dan hidup
akan menderita, disudutkan, dan diserang habis-habisan (Yoh.15:18-21).
Jadi berbahagialah
mereka yang teraniaya, dicela dan difitnah oleh kebenaran, karena Tuhan akan
menyediakan hadiah yang besar, yakni mahkota kehidupan. Amin.
Kalau saudara Natanael menjelaskan kata 'Miskin' dalam Matius 5:3 dengan cara demikian, Bagaimana saudara menjelaskan kata Yunani 'Plousios/Plousiois' (Indonesia 'Kaya') dalam Lukas 6:24?
BalasHapusdalam hal ini saya hanya mengkhususkan untuk menyoroti kata "ptochos" atau miskin. Tidak selebihnya. Karena saya memperhatikan konteks yang ada. Terimakasih untuk komentarnya. Saya senang ada yang mengomentari.
BalasHapus